MAKALAH
PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA
TERHADAP PERILAKU ANAK
MAKALAH
disusun guna memenuhi Tugas Mata Kuliah
Teknik Penulisan Karya Ilmiah
oleh
Hanifah Sarah Swasti
1301414092
JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Manusia
dilahirkan ke dunia dalam keadaan tidak berdaya. Menurut teori John Locke di
abad 17 yang dikenal dengan istilah tabula rasa, menjelaskan bahwa setiap
manusia yang terlahir didunia bagaikan kertas putih yang masih kosong. Dan
kertas kosong tersebut diisi oleh pengalaman. Kertas kosong tersebut dapat
diartikan sebagai perilaku seorang anak. Perilaku seorang anak di pengaruhi
oleh beberapa faktor. Dan faktor yang paling mempengaruhi adalah keluarga,
terutama pola asuh orang tua. Karena seorang anak memperoleh pengalaman dan
pendidikan pertama kali dalam lingkup keluarga. Dan orang tua memiliki kendali
terbesar dalam mengisi dan menulis kertas putih tersebut. Artinya peran orang
tua sangat berpengaruh pada pembentukan perilaku seorang anak.
Maka dari itu,
makalah ini akan membahas tentang pengaruh pola asuh keluarga terhadap perilaku
anak.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apakah
pengertian perilaku?
2. Apakah
pengertian pola asuh?
3. Apa
sajakah jenis-jenis pola asuh?
4. Bagaimana
pengaruh pola asuh orang tua terhadap perilaku anak?
1.3
TUJUAN
1.
Untuk mengetahui
pengertian perilaku.
2.
Untuk mengetahui
pengertian pola asuh.
3.
Untuk mengetahui
jenis-jenis pola asuh.
4.
Untuk mengetahui
pengaruh pola asuh orang tua terhadap perilaku anak.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1
PENGERTIAN PERILAKU
Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam
pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam
bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan
respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun
dari dalam dirinya. Respon ini dapat bersifat pasif, tanpa tindakan seperti berpikir,
berpendapat, pengetahuan, persepsi ataupun motivasi. Dan dapat juga bersifat
aktif, melakukan tindakan, seperti berjalan dan melakukan suatu hal atau
kegiatan.
Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh
Notoatmodjo (2003), merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi
seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini
terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian
organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau
Stimulus – Organisme – Respon.
Perilaku manusia adalah semua kegiatan atau
aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati
oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa perilaku adalah sebuah
respon dari manusia terhadap stimulus yang ada yang kemudian memunculkan suatu
kegiatan.
2.2
PENGERTIAN POLA ASUH
Secara etimologi, pola berarti bentuk, tata cara,
sedangkan asuh berarti menjaga, merawat dan mendidik. Sehingga pola asuh
berarti bentuk atau system dalam menjaga, merawat dan mendidik. Jika ditinjau
dari terminology, pola asuh anak adalah suatu pola atau system yang diterapkan
dalam menjaga, merawat, dan mendidik seorang anak yang bersifat relative
konsisten dari waktu ke waktu. Pola perilaku ini dapat dirasakan oleh anak dari
segi negative atau positif. Seperti contohnya kebiasaan-kebiasaan yang diajarkan
orang tua kepada anaknya.
Menurut Kohn, pola asuh merupakan sikap orang tua
dalam berinteraksi dengan anak-anaknya. Sikap orang tua ini meliputi cara orang
tua memberikan aturan-aturan, hadiah maupun hukuman, cara orang tua menunjukkan
otoritasnya, dan cara orang tua memberikan perhatian serta tanggapan terhadap
anaknya.
M. Shochib (1998: 14) mengatakan bahwa pola
pertemuan antara orang tua sebagai pendidik dan anak sebagai terdidik dengan
maksud bahwa orang tua mengarahkan anaknya sesuai dengan tujuannya, yaitu
membantu anak memiliki dan mengembangkan dasar-dasar disiplin diri. Orang tua
dengan anaknya sebagai pribadi dan sebagai pendidik, dapat menyingkap pola asuh
orang tua dalam mengembangkan disiplin diri anak yang tersirat dalam situasi
dan kondisi yang bersangkutan.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pola asuh adalah
sebuah cara orang tua dalam berinteraksi dengan anaknya yang tujuannya
memberikan penjagaan, perawatan, pendidikan, dan pembimbingan yang diberikan
dalam intensitas waktu yang cukup konstan dengan maksud mengarahkan anak sesuai
dengan tujuan yang diharapkan orang tua.
2.3
JENIS-JENIS POLA ASUH
Menurut
Hurlock juga Hardy & Heyes pola asuh orang tua terdiri dari beberapa jenis
yaitu: (1) Pola asuh otoriter, (2) Pola asuh demokratis, dan (3) Pola asuh
permisif.
1.
Pola
Asuh Otoriter
Pola
asuh otoriter adalah pola asuh dimana orangtua memaksakan anak untuk selalu
memenuhi apa yang orang tua harapkan dan inginkan. Dan orangtua memasang
beberapa peraturan dimana anak tersebut wajib menaati peraturan tersebut dan
akan memberi hukuman atau ancaman apabila sang anak melanggarnya atau tidak
mematuhi hukuman tersebut. Misalnya saat sang anak tidak tidur siang, maka
orangtua akan marah dan tidak memberikan uang jajan.
Orangtua
yang menggunakan pola asuh otoriter biasanya cenderung orang yang keras, kolot,
tidak mengenal kompromi, perfectsionis, dan biasanya komunikasi yang digunakan
bersifat satu arah. Artinya orangtua tidak memperdulikan pendapat anak dan
tidak memperlukan feed back dari anaknya untuk mengerti tentang anak tersebut.
Pola
asuh otoriter mempunyai ciri orangtua membuat semua keputusan, anak harus
tunduk, patuh, dan tidak boleh bertanya. Kekuasaan orangtua dominan, Anak tidak
diakui sebagai pribadi, Kontrol terhadap tingkah laku anak sangat ketat,
membatasi perilaku kasih sayang, sentuhan, dan kelekatan emosi orangtua – anak
sehingga antara orang tua dan anak seakan memiliki dinding pembatas yang
memisahkan “si otoriter” (orang tua) dengan “si patuh” (anak). Studi yang
dilakukan oleh Fagan (dalam Badingah, 1993) menunjukan bahwa ada keterkaitan
antara faktor keluarga dan tingkat kenakalan keluarga, di mana keluarga yang
broken home, kurangnya kebersamaan dan interaksi antar keluarga, dan orang tua
yang otoriter cenderung menghasilkan remaja yang bermasalah. Pada akhirnya, hal
ini akan berpengaruh terhadap kualitas karakter anak dan perilaku keseharian
sang anak.
Anak
yang dididik secara otoriter atau ditolak memiliki kecenderungan untuk
mengungkapkan agresivitasnya dalam bentuk tindakan-tindakan merugikan.
Pola
asuh otoriter akan menghasilkan karakteristik anak yang penakut, pendiam,
tertutup, tidak berinisiatif, gemar menentang, kurang tanggungjawab, tidak
mandiri suka melanggar norma, berkepribadian lemah, cemas dan menarik diri. Menurut
Senada dengan Hurlock, Dariyo dalam Anisa (2005), menyebutkan bahwaü anak yang
dididik dalam pola asuh otoriter, cenderung memiliki kedisiplinan dan kepatuhan
yang semu.
Menurut
pendapat Hurlock (1978) yang menyatakan bahwa perlakuan orang tua terhadap anak
akan mempengaruhi sikap anak dan perilakunya. Sebagai contoh, saat seorang anak
dididik dengan keras dan kasar, maka perilaku anak tersebut juga kasar, sama
seperti apa yang orangtua tersebut lakukan kepada anaknya. Karena itu, teladan
sikap orang tua sangat dibutuhkan bagi perkembangan anak-anak mereka. Hal ini
penting karena pada fase perkembangan manusia, usia anak adalah tahapan untuk
mencontoh sikap dan perilaku orang di sekitar mereka, terutama orang tua. Sikap
orang tua sangat menentukan hubungan keluarga karena saat suatu hubungan
terbentuk akan cendderung bertahan.
2.
Pola
Asuh Demokratis
Pola asuh demokratis adalah pola asuh
yang memprioritaskan kepentingan anak, namun orangtua juga masih tetap
mengendalikan dan mengontrol anak. Orang tua tipe ini juga bersikap hangat,
memposisikan diri seperti teman untuk sang anak, realistis terhadap kemampuan
anak, menerima apa adanya anak dan tidak berharap yang berlebihan yang
melampaui kemampuan anak serta memberikan kebebasan pada anak untuk memilih dan
melakukan suatu tindakan. Selalu mendorong anak untuk membicarakan apa yang ia
inginkan, dan orangtua selalu memberikan dorongan dan bimbingan, menunjukan mana yang baik dan
mana yang buruk.
Anak yang diasuh dengan pola asuh
demokratis akan menghasilkan karakter anak-anak yang mandiri, dapat mengontrol
diri, mempunyai hubungan baik dengan teman-temannya, mampu menghadapi stres,
mempunai minat terhadap hal-hal yang baru, dan kooperatif terhadap oranglain.
Dan cenderung mengungkapkan agresivitasnya dalam tindakan-tindakan konstruktif
atau dalam bentuk kebencian yang sifatnya sementara saja.
Pola asuh demokratis tampaknya lebih
kondusif dalam pendidikan karakter anak. Hal ini dapat dilihat dari hasil
penelitian yang dilakukan oleh Baumrind yang menunjukkan bahwa orangtua yang
demokratis lebih mendukung perkembangan anak terutama dalam kemandirian dan
tanggungjawab.
Menurut Arkoff (dalam Badingah, 1993), anak yang
dididik dengan cara demokratis umumnya cenderung mengungkapkan agresivitasnya
dalam tindakan-tindakan yang konstruktif atau dalam bentuk kebencian yang
sifatnya sementara saja.
3.
Pola
Asuh Permisif
Hurlock (2006) mengemukakan bahwa orang
tua yang menerapkan pola asuh permissif memperlihatkan ciri-ciri sebagai
berikut: orang tua cenderung memberikan kebebasan penuh pada anak tanpa ada
batasan dan aturan dari orang tua, tidak adanya hadiah ataupun pujian meski
anak berperilaku sosial baik, tidak adanya hukuman meski anak melanggar
peraturan.
Prasetya dalam Anisa (2005) menjelaskan
bahwa pola asuh permissif atauü biasa disebut pola asuh penelantar yaitu di
mana orang tua lebih memprioritaskan kepentingannya sendiri, perkembangan
kepribadian anak terabaikan, dan orang tua tidak mengetahui apa dan bagaimana
kegiatan anak sehari-harinya.
Dariyo dalam Anisa (2005) juga menambahkan bahwa
pola asuh permissif yang diterapkan orang tua, dapat menjadikan anak kurang
disiplin dengan aturan-aturan sosial yang berlaku. Namun bila anak mampu
menggunakan kebebasan secara bertanggung jawab, maka dapat menjadi seorang yang
mandiri, kreatif, dan mampu mewujudkan aktualitasnya.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pola asuh permissive
merupakan bentuk pengasuhan dimana orang tua memberikan kebebasan sebanyak
mungkin pada anak untuk mengatur dirinya. Pola asuh permisif atau pemanja
biasanya memberikan pengawasan yang sangat longgar. Mereka cenderung tidak
menegur atau memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya, dan sangat
sedikit bimbingan yang diberikan olaeh mereka. Anak tidak dituntut untuk
bertanggung jawab dan tidak banyak dikontrol oleh orang tua. Pola asuh permisif
memandang anak sebagai seorang pribadi dan mendorong mereka untuk tidak
berdisiplin dan anak diperbolehkan untuk mengatur tingkah lakunya sendiri.
Dengan pola asuh seperti ini anak mendapat kebebasan sebanyak mungkin dari
keluarganya. Mereka cenderung tidak menegur atau memperingatkan anak apabila
anak sedang dalam bahaya, dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh
mereka.
Orang tua memiliki kehangatan dan
menerima apa adanya. Kehangatan, cenderung memanjakan, dituti keinginnannya.
Sedangkan menerima apa adanya akan cenderung memberikan kebebasan kepada anak
untuk berbuat apa saja sesuka dan sesenang sang anak. Pola asuh ini dapat
mengakibatkan anak agresif, tidak patuh pada orang tua, sok kuasa, kurang mampu
mengontrol diri
Pola asuh permisif yang cenderung
memberi kebebesan terhadap anak untuk berbuat apa saja sangat tidak kondusif
bagi pembentukan karakter anak. Bagaimana pun anak tetap memerlukan arahan dari
orang tua untuk mengenal mana yang baik mana yang salah. Dengan memberi
kebebasan yang berlebihan, apalagi terkesan membiarkan, akan membuat anak
bingung dan berpotensi salah arah.
2.4 PENGARUH POLA ASUH TERHADAP PERILAKU
Pola
asuh orangtua sangat berpengaruh bagi perilaku anak dimasa kecil yang akan
terus dibawa hingga anak tersebut dewasa. Dan diantar ketiga tersebut memang
paling baik adalah pola asuh demokrasi. Pola
asuh demokratis tampaknya lebih kondusif dalam pendidikan karakter anak. Hal
ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Baumrind yang
menunjukkan bahwa orangtua yang demokratis lebih mendukung perkembangan anak
terutama dalam kemandirian dan tanggungjawab.
Namun,
sebaiknya kita dapat mengkombinasikan ketiga pola asuh tersebut dengan
disesuaian pada situasi dan kondisi yang ada. Misalnya saat sang anak ingin
melakukan hal-hal yang buruk, orangtua harus bisa melarang dengan tegas atau
dengan menggunakan pola asuh otoriter, namun juga harus tetap diberikan
pengertian alasan kenapa hal tersebut dilarang. Dan juga cara penyampaian
larangan harus dengan kata-kata yang halus dan bisa diterima oleh nalar sang
anak.
BAB 3
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
1.
Perilaku adalah
sebuah respon dari manusia terhadap stimulus yang ada yang kemudian memunculkan
suatu kegiatan.
2.
Pola asuh adalah
sebuah cara orang tua dalam berinteraksi dengan anaknya yang tujuannya
memberikan penjagaan, perawatan, pendidikan, dan pembimbingan yang diberikan
dalam intensitas waktu yang cukup konstan dengan maksud mengarahkan anak sesuai
dengan tujuan yang diharapkan orang tua.
3.
Menurut Hurlock juga Hardy & Heyes
pola asuh orang tua terdiri dari beberapa jenis yaitu: (1) Pola asuh otoriter,
(2) Pola asuh demokratis, dan (3) Pola asuh permisif.
4.
Pola asuh orangtua sangat berpengaruh
bagi perilaku anak dimasa kecil yang akan terus dibawa hingga anak tersebut
dewasa. Dan diantar ketiga tersebut memang paling baik adalah pola asuh
demokrasi.
3.2
SARAN
Pola asuh orangtua sangat
berpengaruh bagi perilaku anak dimasa kecil yang akan terus dibawa hingga anak
tersebut dewasa. Dan diantar ketiga tersebut memang paling baik adalah pola
asuh demokrasi.
Dan sebaiknya dalam mengasuh anak
tidak dengan kekerasan dan harus dengan penuh kasih sayang.
DAFTAR PUSTAKA
Hurlock, Elisabeth. 2006. Psikologi Perkembangan
Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga
Hurlock, Elisabeth. 1999. Psikologi perkembangan
Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Munib, Achmad. Dkk. 2010. Pengantar Ilmu Pendidikan.
Semarang: Ennes Press
Angga, Aditya. 2012. “Pengertian dan Ciri-ciri
Struktur Sosial”. Artikel. Diakses
dari http://sosiologika.blogspot.com pada tanggal 10 September 203.
Fikri, Ahmad. 2013. Pengaruh Pola Asuh Orang Tua
Terhadap Perilaku Anak. Artikel. Diakses dari https://ahmadfikriand.wordpress.com pada tanggal 10 Desember 2014.
Ipah. 2011. Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap
Perilaku Anak. Artikel. Diakses dari http://apahipeh.blog.fisip.uns.ac.id pada tanggal 10 Desember 2014.
Saputra, Chaderi. 2012. Pola Asuh. Artikel. Diakses
dari https://chaderinsaputra.wordpress.com pada tanggal 10 Desember 2014.
4 komentar:
izin copas ya.. makasih
ijin copas ya mbak hany..
IZIN COPAS YA
ijin copas yaa
Posting Komentar