MAKALAH
FASE DAN TUGAS PERKEMBANGAN MASA REMAJA
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah
PERKEMBANGAN INDIVIDU
Oleh
Nurul Fiadhia Koeswardani 1301414087
Hanifah Sarah
Swasti 1301414092
Novia Rumanti 1301414099
Azka Fikri Karim 1301414104
JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Perkembangan anak adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi
tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai
hasil dari pematangan. Di sini menyangkut adanya proses diferensiasi dari
sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem yang berkembang
sedemikian rupa per- kembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai
hasil interaksi dengan lingkungannya. Aspek– aspek perkembangan individu
meliputi fisik, kognitif, emosi, sosial, moral dan bahasa. Perkembangan fisik
meliputi pertumbuhan sebelum lahir dan pertumbuhan setelah lahir. Intelektual
(kecerdasan) atau daya pikir merupakan kemampuan untuk beradaptasi secara
berhasil dengan situas baru atau lingkungan pada umumnya. Sosial, setiap
individu selalu berinteraksi dengan lingkungan dan selalu memerlukan manusia
lainnya. Emosi merupakan perasaan tertentu yang menyertai setiap keadaan atau
perilaku individu. Bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan yang
lain. Moralitas merupakan kemauan untuk menerima dan melakukan peraturan,
nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral.
Dalam makalah ini penulis membatasi penulisan makalah pada perkembangan
anak khususnya perkembangan fase remaja . Karena Masa remaja merupakan segmen
kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan individu, dan merupakan masa
transisi yang dapat diarahkan kepada perkembangan masa dewasa yang sehat.
B.
RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana
fase dan tugas perkembangan masa remaja dalam aspek perkembangan fisik?
2. Bagaimana
fase dan tugas perkembangan masa remaja dalam aspek kognitif?
3. Bagaimana
fase dan tugas perkembangan masa remaja dalam aspek emosi?
4. Bagaimana
fase dan tugas perkembangan masa remaja dalam aspek sosial?
5. Bagaimana
fase dan tugas perkembangan masa remaja dalam aspek moral?
6. Bagaimana
fase dan tugas perkembangan masa remaja dalam aspek bahasa?
C.
TUJUAN
1. Untuk
mengetahui fase dan tugas perkembangan masa remaja dalam aspek perkembangan
fisik.
2. Untuk
mengetahui fase dan tugas perkembangan masa remaja dalam aspek perkembangan
kognitif.
3. Untuk
mengetahui fase dan tugas perkembangan masa remaja dalam aspek perkembangan
emosi.
4. Untuk
mengetahui fase dan tugas perkembangan masa remaja dalam aspek perkembangan
sosial.
5. Untuk
mengetahui fase dan tugas perkembangan masa remaja dalam aspek perkembangan
moral.
6. Untuk
mengetahui fase dan tugas perkembangan masa remaja dalam aspek perkembangan
bahasa.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
MAKNA REMAJA
Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu
yang sangat penting, yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual)
sehingga mampu bereproduksi. Dalam membahas makna remaja ini, berikut
dikemukakan beberapa tinjuan dari beberapa para ahli.
1. Perspektif
Biososial
Perspektif ini memfokuskan kajiannya kepada hubungan
antara mekanisme biologis dengan pengalaman sosial. Beberapa tokonnya ialah :
a. G.
Stanley Hall
G.
stanley Hall adalah akhli psikologi dan pendidikan yang merupakan salah seorang
“Father of Adolesence”. Dalam teori rekapitulasinya, Hall berkeyakinan bahwa
perkembangan setiap individu merupakan proses pembaharuan sejarah
kemanusiaannya. Hall berpendapat bahwa remaja merupakan masa “Strum And Drang”,
yaitu sebagai periode yang berada dalam dua situasi: antara kegoncangan,
penderitaan, asmara, dan pemberontakan dengan otoritas orang dewasa.
b. Roger
Barker
Barker
menekankan orientasinya kepada sosiopsikologis, dia berpendapat bahwa
pertumbuhan fisik sangat berpengaruh terhadap perkembangan individu, dari mulai
anak sampai orang dewasa. Oleh karena pertumbuhan fisik berkaitan erat dengan
perolehan sifat-sifat yang diterima anak, maka pertumbuhan fisik seorang
menentukan pengalaman sosialnya.
2. Perspektif
Relasi Interpersonal
Remaja merupakan suatu periode yang mengalami
perubahan dalam hubungan sosial, yang ditandai dengan berkembangnya minat
terhadap lawan jenis, atau pengalaman pertama dalam bercinta. Yang menjadi
tokoh dalam perspektif ini adalah sebagai berikut :
a. George
Levinger
Levinger
bersama Koleganya mengajukan teori “Pair Relatedness”. Yang mengemukakan 3
tahapan dalam hubungan akrab :
·
Kesadaran untuk berhubungan
(Unilaterally Aware)
Kesadaran
yang hanya melihat penampilah fisik atau kesan umum.
·
Kontak permulaan (Surface contact)
Tahap
ini dalam kelompok frekuensi pertemuan sudah sering dan sudah terjalin
komunikasi meskipun belum intensif.
·
Saling berhubungan (mutually = a
continuum)
Dalam
tahap ini sudah terjalin hubungan yang akrab.
b. Ellen
Berschheid & Elayne Walster
Mereka
berpendapat bahwa hubungan diantara dua remaja yang berbeda jenis kelamin
mendorong remaja kearah percintaan (pacaran).
3. Perspektif
sosiologis dan antropologis
Perspektif ini menekankan studinya
terhadap pengaruh norma, moral, harapan-harapan budaya dan sosial, ritual,
tekanan kelompok, dan dampak teknologi terhadap perilaku remaja. Tokoh-tokohnya
adalah sebagai berikut:
a. Kingsley
Davis
Konflik
orang tua dengan remaja merupakan ilustrasi klasik dari teori besar perspektif
sosiologis. Orangtua mempunyai tanggung jawab untuk menyosialisasikan anak,dia
cenderung menerapkan cara-cara lama yang isinya tidak tepat lagi bagi anak.
Devis menyatakan bahawa terjadinya konflik antara orang tua dengan anak
disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya: (a) anak sedang mencapai puncak
pertumbuhan fisik dan energi; (b) sistem sosial orang tua kurang memberikan
peluang kepada anak untuk mengembangkan diri; dan (c) remaja bersifat ideal,
sementara orangtua besifat pragmatis.
b. Ruth
Benedict
sebagai
seorang antropologis, dia berpendapat bahwa upaya mengasuh remaja sampai mampu
menempati posisi remaja secara penuh merupakan masalah pokok dalam masyarakat.
4. Perspektif
Psikologis
Tokoh yang dipandang mewakili perspektif
ini adalah Erik H. Erikson. Dia berpendapat bahwa masa remaja berkaitan erat
dengan perkembangan “Sence of Identity vs Role Confusion”, yaitu perasaan atau
kesadaran akan jati dirinya. Remaja hadapkan pada berbagai pertanyaan yang
menyangkut keberadaan dirinya (siapa saya?), masa depannya (akan menjadi apa
saya?), peran-peran sosialnya (apa peran saya dalam keluarga dan masyarakt, dan
kehidupan beragama: mengapa harus beragama?)
5. Perspektif
Belajar Sosial
Beberapa ahli teori belajar sosial
adalah sebagai berikut:
a. Boyd
McCandless
Dalam
menjelaskan makna kepribadian, dia menggunakan konsep “habit hierarchy” dengan
teori “drive” remaja. Dia berpendapat bahwa rangsangan yang memicu atau
mendorong respon-respon kebiasaan mungkin berasal dari dalam atau luar diri
individu.
b. Talcot
Parson
Dia
mengemukakan bahwa elemen-elemen “reinforcement” dalam masyarakat yang kompleks
memberikan dampat yang kuat terhadap pola-pola tingkah laku remaja.
c. Albert
Bandura
Bandura
mengemukakan mekanisme sosial yang memfasilitasi harapan-harapan pribadi
meliputi 4 sumber pokok yang berpengaruh, yaitu:
·
Pengembangan keterampilan yang kondusif
bagi perubahan tingkah laku.
·
Pengalaman yang beragam dimana remaja
mempunyai kesempatan untuk memandang model-model simbolis yang memberikan
sumber informasi penting yang dapat meningkatkan harapan-harapan dirinya.
·
Persuasif verbal, seperti sugesti dan
teguran.
·
Penciptaan situasi yang dapat mengurangi
dorongan emosional, yang mempunyai nilai-nilai informatis bagi kompetensi
pribadi.
6. Perspektif
Psikoanalisis
Freud memandang masa remaja adalah masa
yang dinamakan periode “Lantency”, ego terbebas dari konflik antara insting
seksual dengan norma-norma sosial.
Anna Freud, anak perempuan freud,
merujuk periode remaja ini sebagai masa “Internal Disharmony” (ketidak
harmonisan internal). Kondisi ini menyebabkan masa remaja dipandang sebagai
periode “strong & stress” .
Selanjutnya Anna mengemukakan bahwa
terdapat beberapa masalah pokok mekanisme pertahanan ego pada masa remaja,
yaitu sebagai berikut :
ü Ego
mencoba untuk mengganti konflik eodipal dengan orangtuan
ü Ego
gagal menolak desakan regresif dengan kembali kepada dorongan-dorongan (impuls)
seksual kekanak-kanakan.
B.
ASPEK PERKEMBANGAN FISIK
Perubahan-perubahan
fisik merupakan gejala primer dalam pertumbuhan masa remaja, yang berdampak
terhadap perubahan-perubahan psikologis (Sarwono, 1994). Baik perempuan maupun
laki-laki dalam perkembangan ini mengalami pertumbuhan fisik yang cepat. Atau biasa
dikenal dengan istilah “growth spurt” (percepatan pertumbuhan), dimana terjadi
perubahan dan percepatan pertumbuhan diseluruh bagian dan dimensi badan (Zigler
& Stevenson). Pertumbuhan anak perempuan lebih cepat 2 tahun dari
pertumbuhan anak laki-laki. Umumnya anak perempuan mulai mengalami pertumbuhan
fisik cepat pada usia 10,5 tahun. Sedangkan anak laki-laki mulai mengalami
pertumbuhan fisik cepat pada usia 12,5 tahun. Dan bagi kedua jenis kelamin ini
akan mengalami masa pertumbuhan cepat selama kira-kira 2 tahun (Diamond &
Diamond, 1986).
Menurut
Zigler dan Stevenson (1993), secara garis besarnya perubahan-perubahan tersebut
dalam dua katagori, yaitu perubahan yang berhubungan dalam bentuk fisik itu
sendiri dan perubahan yang berhubungan dengan perkembangan karakteristik
seksual. Berikut ini akan dijelaskan beberapa dimensi perubahan fisik yang
terjadi selama masa remaja.
Perubahan
dalam Tinggi dan Berat Badan
Tinggi
rata-rata anak laki-laki dan perempuan pada usia 12 tahun adalah sekitar 59
atau 60 inci. Tetapi, pada usia 18 usia, tinggi rata-rata remaja lelaki adalah
69 inci, sedangkan tinggi rata-rata remaja perempuan hanya 64 inci.tingkat
pertumbuhan tertinggi remaja perempuan terjadi pada usia sekitar 11 atau 12
tahun dan 2 tahun kemudian untuk anak lelaki. Dalam tahun itu, tinggi
kebanyakan perempuan bertambah sekitar 3 inci dan tinggi kebanyakan lelaki
bertambah lebih dari 4 inci (Zigler & Stevenson, 1993).
Adapun
faktor penyebab laki-laki rata-rata lebih tinggi daripada perempuan adalah karena
laki-laki memulai percepatan pertumbuhan mereka 2 tahun lebih lambat
dibandingkan dengan anak-anak perempuan. Dengan demikian, mereka mengalami
penambahan pertumbuhan selama 2 tahun pada masa anak-anak.
Percepatan
pertumbuhan badan juga terjadi dalam penambahan berat badan, yakni sekitar 13
kg bagi anak laki-laki dan 10 kg bagi anak perempuan (Malina, 1990). Meskipun
berat bada juga mengalamu peningkatan selama masa remaja, namun ia lebih mudah
dipengaruhi, seperti melalui diet, latihan, dan gaya hidup umumnya. Oleh karena
itu, perubahan berat lebih sedikit dapat diramalkan dibandingkan dengan tinggi
badan.
Perubahan dalam Proporsi Tubuh
Seiring dengan pertumbuhan tinggi
dan berat badan, perceptan pertumbuhan selama masa remaja juga terjadi pada
proporsi tubuh. Perubahan proporsi tubuh terlihat dalam pertumbuhan tangan dan
kaki. Perubahan dalam proporsi tubuh selama masa remaja, juga terlihat pada
perubahan ciri-ciri wajah, seperti dahi yang semula sempit menjadi lebih luas,
mulut melebar, dan bibir menjadi lebih penuh. Di samping itu, dalam perubahan
struktur kerangka, terjadi percepatan pertumbuhan otot, sehingga mengakibatkan
terjadinya pengurangan jumlah lemak dalam tubuh. Perkembangan otot dari kedua
jenis kelamin terjadi dengan sepat ketika tinggi meningkat. Akan tetapi,
perkembangan otot laki-laki lebih cepat, dan mereka memiliki lebih banyak
jaringan otot, sehingga anak laki-laki lebih kuat dari anak perempuan.
Perubahan Pubertas
Pubertas (puberty) ialah suatu
periode dimana kematangan kerangka dan seksual terjadi dengan pesat terutama
pada awal masa remaja. Kematangan seksual merupakan suatu rangkaian dari
perubhan-perubahan yang terjadi pada masa remaja, yang ditandai dengan
perubahan pada ciri seks primer dan ciri seks sekunder. Meskipun perkembangan
ini biasanya mengikuti suatu urutan tertentu, namun urutan dari kematangan
seksual tidak sama pada setiap anak, dan terdapat perbedaan individual dalam
umur dari perubahan-perubahan tersebut.
Perubahan
Ciri-ciri Seks Sekunder
Ciri-ciri seks sekunder adalah
tanda-tanda jasmaniah yang tidak langsung berhubungan dengan proses reproduksi.
Tanda-tanda jasmaniah sebagai konsekuen dari berfungsinya hormon-hormon yang
mempengaruhi proses reproduksi. Diantara tanda-tanda jasmaniah yang terlihat
pada laki-adalah tumbuhnya jenggot, kumis, jakun, suara berat, tumbuh bulu di
ketiak, dada, lengan tangan, lengan kaki, dan di sekitar kemaluan, serta
otot-otot menjadi kuat. Sedangkan pada perempuan terlihat payudara dan pinggul
yang membesar, suara menjadi halus, tumbuh bulu di ketiak dan di sekitar
kemaluan.
Perubahan
Ciri-ciri Seks Primer
Ciri-ciri
seks primer menunjukan pada organ tubuh yang secara langsung berhubungan dengan
proses reproduksi. Ciri seks ini berbeda antara perempuan dengan laki-laki.
Ciri-ciri seks primer yang penting pada lalik-laki ditunjukan dengan testis.
Perubahan-perubahan seks pada pria sangat dipengaruhi oleh hormon, terutama
hormon perangsang yang dipengaruhi oleh kelenjar bawah otak. Kemudian terkadang
anak laki-laki sekitar usia 12 tahun akan kemungkinan mengalami penyemburan air
mani mereka yang pertama atau yang dikenal dengan istilah “mimpi basah”.
Sementara pada perempuan, perubahan ciri seks
primer ditandai dengan munculnya periode menstruasi, yang disebut dengan
“menarche”, yaitu menstruasi yang pertama kali dialami oleh seorang gadis.
Terjadinya menstruasi pertama ini memberi petunjuk bahwa mekanisme reproduksi
anak perempuan telah matang, sehingga memungkinkan mereka untuk mengandung dan
melahirkan.
C.
ASPEK PERKEMBANGAN KOGNITIF
Perkembangan intelegensi/kognitif adalah perubahan
kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa. Piaget
(dalam Papalia & Olds, 2001) mengemukakan bahwa pada masa remaja
terjadi kematangan kognitif, yaitu interaksi dari struktur otak yang telah
sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi
memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak. Piaget menyebut tahap perkembangan
kognitif ini sebagai tahap operasi formal (suatu tahap dimana seseorang sudah
mampu berpikir secara abstrak).
Pada
tahap ini, remaja juga sudah mulai mampu berspekulasi tentang sesuatu, dimana
mereka sudah mulai membayangkan sesuatu yang diinginkan di masa
depan.Perkembangan kognitif yang terjadi pada remaja juga dapat dilihat dari
kemampuan seorang remaja untuk berpikir lebih logis. Remaja sudah mulai
mempunyai pola berpikir sebagai peneliti, dimana mereka mampu membuat suatu
perencanaan untuk mencapai suatu tujuan di masa depan (Santrock, 2001)
Perkembangan
Pengambilan Keputusan
Pengambilan
keputusan (decision making) merupakan salah satu bentuk perbuatan berpikir dan
hasil dari perbuatan itu disebut keputusan. Dengan melihat bagaimana seorang
remaja mengambil keputusan dapat diketahui perkembangan pemikirannya. Pada masa
remaja akan terjadi perkembangan pemikiran. Dalam hal ini mulai mengambil dan
memutuskan tentang masa depan.
Perkembangan
Orientasi Masa Depan
Salah satu fenomena dalam perkembangan
kognitif pada remaja adalah orientasi masa depan. Sebagai individu yang sedang
mengalami proses peralihan dari masa anak-anak mencapai kedewasaan, remaja
memiliki tugas-tugas perkembangan yang mengarah pada persiapannya memenuhi
tuntutan dan harapan peran sebagai orang dewasa. Sebagaimana yang dikemukakan
oleh Elizabet B. Hurlock (1981), bahwa remaja mulai memikirkan tentang masa
depan mereka secara sungguh-sungguh. Remaja mulai memberikan perhatian yang
besar terhadap berbagai lapangan kehidupan yang akan dijalaninya sebagai
manusia dewasa dimasa mendatang.
Meskipun
orientasi masa depan merupakan tugas perkembangan yang harus dihadapi pada masa
remaja dan dewasa awal, namun tidak dapat dipungkiri bahwa pengalaman dan pengetahuan
remaja tentang kehidupan di masa yang akan datang sangat terbatas. Maka dari
itu peran orang tua tetap menjadi bagian yang penting dalam kehidupan mereka.
Perkembangan
Kognisi Sosial
Menurut Dacey & Kenny (1997), yang
dimaksud dengan kognisis sosial adalah kemampuan untuk berpikir secara kritis
mengenai isu-isu dalam hubungan interpersonal, yang berkembang sejalan dengan
usia dan pengalaman, serta beguna untuk memahami oranglain dan menentukan
bagaimana melakukan interaksi dengan mereka.
Perubahan kognisi merupakan salah satu
ciri penting dari perkembangan kognitif remaja. Hal ini karena remaja mulai
mampu berpikir abstrak yang menyatu dengan pengalaman sosial, sehingga pada
waktunya menghasilkan suatu perubahan besar dalam cara-cara remaja memahami diri
mereka sendiri dan orang lain.
Salah
satu bagian penting dari perubahan perkembangan aspek kognisi sosial remaja
adalah apa yang diistilahkan oleh psikolog David Elkind dengan egosentrisme
yakni kecenderungan remaja untuk menerima dunia dari pespektifnya mereka
sendiri. Mereka lebih memikirkan tentang dirinya sendiri dan seolah-olah mereka
memandang dirinya dari atas. Remaja mulai berpikir danmenginterpretasikan
kepribadian, dan memantau dunia sosial mereka dengan cara-cara yang unik.
Perkembangan
Pemahaman tentang Agama
Agama
dapat menstabilkan tingkah laku dan bisa memberikan penjelasan mengapa dan
untuk apa seseorang berada di dunia ini. Agama memberikan perlingdungan rasa
aman, terutama bagi remaja yang tengah mencari eksistensi dirinya. Perkembangan
pemahaman remaja tentang agama sangat dipengaruhi oleh perkembangan
kognitifnya. Pada fase remaja mungkin mereka berusaha mencari sebuah konsep
yang lebih mendalam tentang tuhan dan eksistensinya.
D.
ASPEK PERKEMBANGAN EMOSI
Menurut
Sarlito Wirawan Sarwono berpendapat bahwa emosi merupakan setiap keadaan pada
diri seorang yang disertai warna afektif baik pada tingkat lemah (dangkal)
maupun pada tingkat yang luas (mendalam).
Pada
masa remaja merupakan puncak emosionalitas, yaitu perkembangan emosi yang tinggi.
Pertumbuhan fisik, terutama organ-organ seksual mempengaruhi perkembangan emosi
atau persaan-perasaan dan dorongan-dorongan baru yang dialami sebelumnya,
seperti perasaan cinta, rindu, dan keinginan untuk berkenalan lebih intim
dengan lawan jenis. Pada usia remaja awal, perkembangan emosinya menunjukan
sifat yang sensitif dan reaktif yang sangat kuat terhadap berbagai peristiwa
atau situasi sosial. Sedangkan remaja akhir cenderung mampu mengendalikan
emosinya.
Mencapai
kematangan emosional merupajan tugas perkembangan yang sangat sulit bagi
remaja.pencapaiannya sangat dipengaruhi oleh kondisi sosio-emosional
lingkungannya, terutama lingkungan keluarga dan kelompok teman sebaya. Apabila
seorang remaja berada dalam lingkungan yang kondusif maka akan mendukung
pencapaian kematangan emosional remaja tersebut. Namun sebaliknya apabila
kurang dipersiapkan untuk memahami peran-perannya dan kurang mendapatkan
perhatian dan kasih sayang dari orang tua atau pengakuan dari teman sebaya,
mereka cenderung akan mengalami kecemasan, perasaan tertekan atau
ketidaknyamanan emosional.
Dalam
menghadapi ketidaknyamanan emosional tersebut, tidak sedikit remaja yang
mereaksikan secara depensif, sebagai upaya untuk melindungi kelemahan dirinya.
Reaksinya itu tampi dalam tingkah laku malasuai (malajustment), seperti agresif
dan melarikan diri dari kenyataan..
Remaja
yang dalam proses perkembangannya berada dalam iklim yang kondisif, cenderung
akan memperoleh perkembangan emosinya secara matang. Kematangan emosi ini
ditandai oleh/adekuasi emosi seperti cinta kasih, simpati, dengan senang
menolong oranglain dan mampu mengendalikan emosi, dengan tidak mudah
tersinggung, tidak agresif. Tidak pesimis dan dapat menghadapi frustasi secaa
wajar.
E.
ASPEK PERKEMBANGAN SOSIAL
Pada masa remaja berkembang “social cognition”,
yaitu kemampuan untuk memahami orang lain. Remaja memahami orang lain sebagai
individu yang unik, baik menyangkut sifat-sifat pribadi, minat nilai-nilai
maupun perasaannya. Pemahaman ini mendorong remaja untuk menjalin hubungan
sosial yang lebih akrab individu lain (terutama teman sebaya).
Dalam hubungan persahabatan, remaja memilih teman
yang memiliki kualitas psikologis yang relatif sama dengan dirinya, baik
menyangkut interes, sikap, nilai dan kepribadian.
Pada masa ini juga berkembang sikap “comformity”,
yaitu kecenderungan untuk menyerah atau mengikuti opini, pendapat, nilai,
kebiasaan, kegemaran (hobby) atau keinginan orang lain (teman sebaya).
Perkembangan sikap konformitas pada remaja dapat memberikan dampak yang positif
maupun negatif bagi remaja tersebut.
Remaja sebagai bunga dan harapan bangsa serta
pemimpin dimasa depan sangat diharapkan dapat mencapai perkembangan sosial
secara matang, dalam arti remaja memiliki penyesuaian sosial (sosial
adjustment) yang tepat.
Penyesuaian sosial ini dapat diartikan sebagai
“kemampuan untuk mereaksi secara tepat terhadap realitas sosial, situasi, dan
relasi”. Remaja dituntut untuk memiliki kemampuan penyesuaian sosial ini, baik
dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Karakteristik penyesuaian
sosial remaja di tiga lingkungan tersebut sebagai berikut :
1. Di
lingkungan keluarga
a. Menjalin
hubungan baik dengan para anggota keluarga
b. Menerima
otoritas orangtua (mau menaati peraturan yang ditetapkan orangtua)
c. Menerima
tanggung jawab dan batasan-batasan (norma) keluarga
d. Berusaha
untuk membantu anggota keluarga, sebagai individu maupun kelompok dalam
mencapai tujuannya.
2. Di
Lingkungan Sekolah
a. Mau
menerima peraturan sekolah
b. Berpartisipasi
dalam kegiatan-kegiatan sekolah
c. Menjalin
persahabatan dengan teman-teman di sekolah
d. Bersikap
hormat terhadap guru, kepala sekolah, dan staf lainnya.
e. Membantu
sekolah dalam merealisasikan tujuan-tujuannya.
3. Di
Lingkungan Masyarakat
a. Mengakui
dan menghormati hak-hak oranglain
b. Memelihara
jalinan persahabatan dengan oranglain
c. Bersikap
simpati terhadap kesejahteraan orang lain
d.
Bersikap menghormati terhadap
nilai-nilai, hukum, tradisi dan kebijakan-kebijakan dalam masyarakat (Alexander
A. Schneiders, 1964: 452-600)
F.
ASPEK PERKEMBANGAN MORAL
Pada masa remaja
terjadi perubahan kontrol tingkahlaku moral: dari luar menjadi dari dalam. Pada
masa ini terjadi juga perubahan dari konsep moral khusus menjadi prinsip moral
umum pada remaja. Karena itu pada masa ini seorang remaja sudah dapat
diharapkan untuk mempunyai nilai-nilai moral yang dapat melandasi tingkahlaku
moralnya. Walaupun demikian, pada masa remaja, seseorang juga mengalami
kegoyahan tingkah laku moral. Hal ini dapat dikatakan wajar, sejauh kegoyahan
ini tidak terlalu menyimpang dari moraliatas yang berlaku, tidak terlalu
merugikan masyarakat, serta tidak berkelanjutan setelah masa remaja berakhir.
G.
ASPEK PERKEMBANGAN BAHASA
Bahasa
merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan oanglain. Dalam pengertian ini
tercakup semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan
dalam bentuk lambang atau simbol untuk mengungkapkan sesuatu pengertian
menggunakan lisan, tulisan, isyarat, bilangan, lukisan, dan mimik muka.
Bahasa
sangat erat kaitannya dengan perkembangan berpikir individu. Perkembangan
pikiran individu tampak dalam perkembangan bahasanya yaitu kemampuan membentuk
pengertian, menyusun pendapat, dan menarik kesimpulan.
Pada umumnya
remaja akhir lebih memantapkan diri pada bahasa asing tertentu, menggemari
literatur yang mengandung nilai-nilai filosofis, etnis dan religius. Penggunaan
bahasa oleh remaja lebih sempurna serta perbendaharaan kata lebih banyak.
Kemampuan menggunakan bahasa ilmiah mulai tumbuh dan mampu diajak berdialog
seperti ilmuwan.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
1.
Masa remaja adalah suatu periode peralihan diri dari
masa kanak-kanak kepada masa dewasa.
2.
Semua individu khususnya remaja akan mengalami
perkembangan baik fisik maupun psikis yang meliputi aspek-aspek intelektual,
sosial, emosi, bahasa, moral dan agama.
3.
Terjadinya peningkatan perhatian remaja terhadap
kehidupan sexual ini sangat dipengaruhi oleh faktor perubahan-perubahan fisik
selama pubertas. Terutama kematangan organ-organ seksual dan
perubahan-perubahan hormonal, mengakibatkan munculnya dorongan-dorongan seksual
dalam diri remaja.
4.
Ada beberapa bentuk berprilaku menyimpang yang
dilakukan oleh remaja, diantaranya pesta malam yang menimbulkan sisi negative
remaja, minum- minuman keras dan obat-obat terlarang.
B.
SARAN
Dalam
perkembangan remaja merupakan salah satu perjalanan yang bisa mempengaruhi
dalam kehidupannya, oleh sebab itu butuh arahan serta didikan agar bisa
melewati masa-masa transisi itu dengan baik dalam fisik maupun psikis sehingga
bisa mengatasi dan mengaplikasikan perubahan-perubahan itu dalam kehidupan
sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Desmita. 2010. Perkembangan Individu.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Yusuf, Syamsu. 2004. Psikologi
Perkembangan Anak & Remaja. Bandung: Rosdakarya.
Santrock. 2002. Life Span Development
Jilid II. Jakarta: Erlangga.
http://edwinmunip.blogspot.com/2013/10/aspek-aspek-perkembangan-remaja.html
0 komentar:
Posting Komentar