Buscar

Cerita di balik "Life Mapping"




 Suatu hari, saya dapat tugas untuk membuat life mapping. Life mapping itu seperti serangkaian cita-cita dalam hidup yang dibuat seperti peta konsep. Ketika saya sedang menyusun segala impian dalam kurun waktu 10 tahun, ada teman saya yang melihat rancangan hidup yang saya buat. Jujur, saya malu ketika ada orang lain yang melihat berbagai khayalan yang saya ciptakan. Tapi, yaa cuek saja lah. Toh apa salahnya bermimpi, yang salah kalo cuman tidur bae dan mimpi mulu tanpa pernah bangun untuk make it come true.
Nah, tiba-tiba teman di samping saya nunjuk-nunjuk layar laptop sambil bilang begini, “Loh? Kok aneh si, disini ada cita-cita buat nikah, tapi kok nggak ada pacarannya? Kapan ketemunya?”. Seketika saya kaget dengan komentar teman saya. Dan reflek saya jawab, “Loooh, ga pacaran kan ta’aruf”.
Mendengar hal tersebut, tiba-tiba saya berpikir tentang jodoh. Haruskah di temukan melalui berpacaran? Kenapa saya sepercaya diri ini akan mendapatkan jodoh? Karena saya yakin dan percaya jika Tuhan saya menciptakan segala sesuatunya secara berpasang-pasangan. Seperti malam dengan siang, gelap dengan terang, lelaki dengan perempuan, dan begitu juga saya dengan pasangan saya. Bukan suatu masalah jika saat ini saya masih sendiri, karena masa depan tidak ada yang bisa menebak. Saya percaya, bahwa bukan hal yang sulit bagi Tuhan untuk mempertemukan bahkan menyatukan dua insan dalam ikatan pernikahan.
Yaa, apakah terlalu dini bagi seorang perempuan usia seperlima abad untuk membicarakan tentang jodoh? Apalagi seorang jomblo? Eh bukan, single maksudnya. Ah sudahlah single atau jomblo toh sama-sama sendiri kan yaa? Tapi, bukan berarti kesepian. Saya kira orang-orang yang memutuskan dirinya untuk sendiri bukan karena tak memiliki cinta. Mereka dilimpahi banyak cinta. Tapi perlu diketahui, cinta yang baik akan dilakukan dengan cara yang baik. Yaa, to the point saja. Apakah berpacaran merupakan cara mencintai yang baik? Jawab sendiri dalam hati yaa.
Saya juga pernah ragu dan bingung, bagaimana saya akan memperoleh suami jika saya tidak pacaran? Apa yang harus saya lakukan untuk memperoleh cinta tanpa pacaran? Sedangkan salah satu kebutuhan manusia menurut Maslow adalah the belongingness and love needs atau kebutuhan akan rasa cinta dan memiliki. Yap, rasa memiliki. Saya merasa manusia begitu serakah. Manusia ingin memiliki segalanya. Padahal dirinya sendiri saja bukan miliknya.
Dan kembali lagi, apa yang harus saya lakukan? Menunggu pangeran kodok datang untuk melamar saya? Entahlah, selama ini yang bisa saya lakukan hanya diam dan berharap kelak ada lelaki yang melamar saya. Dan yaa, saya mencoba memperbaiki diri saya. Karena saya yakin, lelaki yang baik untuk perempuan yang baik begitu juga sebaliknya. Jangan takut untuk tidak dicintai, selagi kita masih mampu mencintai. Itu kata-kata yang selalu saya pegang.